UNPAR Sampaikan Pesan untuk Indonesia di Tengah Gejolak Politik Global melalui ICON-IR 2024

Jakarta, 27 Agustus 2024 – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) menyerukan “UNPAR Messages,” yang berisi serangkaian rekomendasi untuk memperkuat diplomasi Indonesia yang berkaitan erat dengan isu-isu global di tengah ketidakpastian politik internasional. Seruan ini disampaikan melalui konferensi internasional dwitahunan ke-4, The International Conference on International Relations (ICON-IR), yang berlangsung pada 26-27 Agustus 2024, di Ruang Veritas, Universitas Katolik Parahyangan.

Dengan tema “Traversing Turbulence in World Politics: Scrutinizing Scenario to Drive a New Global Order”, konferensi HI UNPAR dihadiri oleh 134 panelis dari berbagai negara seperti Indonesia, Peru, China, India, dan Korea Selatan. Para panelis termasuk Duta Besar Sidharto R. Suryodipuro selaku Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Dino R. Kusnadi selaku Direktorat Asia Timur Kementerian Luar Negeri, Rino Santodiono Donosepoetro selaku Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Brendan Howe selaku Profesor the Graduate School of International Studies Ewha Womans University, Jeffrey Labovitz selaku Chief of Mission International Organization for Migration Indonesia, menyampaikan pandangan mereka terkait dengan topik-topik yang menjadi bidang ahli masing-masing, mulai dari geopolitik, perubahan iklim, hingga de-globalisasi ekonomi.

“ICON-IR ke-4 ini hadir sebagai bentuk keprihatinan kami terhadap kondisi hubungan internasional yang kini bercirikan turbulensi, ketidakstabilan, dan ketidakefisienan tata kelola global.” ucap Rektor UNPAR, Prof. Dr. Tri Basuki Joewono.

Adapun seruan dalam “UNPAR Messages,” yang disampaikan oleh Ketua ICON-IR 2024, Yulius Purwadi Hermawan, mencakup beberapa poin penting, di antaranya:
1. Seruan membangun saluran komunikasi baru antar negara-negara kekuatan besar untuk mencegah dampak negatif persaingan geopolitik ekonomi dan politik global.
2. Penguatan kerja sama antar negara ASEAN, terutama untuk mengatasi masalah intra-regional.
3. Perlunya peningkatan kerja sama Selatan-Selatan melalui praktik berbagi pengetahuan dan pengembangan kapasitas.
4. Perlunya penanganan serius terhadap pengungsi akibat konflik.
5. Peningkatan dukungan bagi kaum disabilitas.
6. Pelaksanaan komitmen untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui keterlibatan semua pihak, termasuk sektor swasta dan masyarakat.
[Magang_Farah Anasti Fauzan]

Sumber: unpar.ac.id

Categories: Berita AIHII