Jakarta, 19 Agustus 2024 – Universitas Paramadina, Forum Sinologi Indonesia bersama dengan Paramadina Public Policy Institute mengadakan seminar yang bertemakan “China and Maritime Security In The South China Sea: Indonesian and Philippine Perspective”, di Kampus Paramadina, Jakarta (26/07/2024).
Dalam seminar tersebut, sejumlah pembicara ahli hadir untuk memberikan perspektif akademis dan berdiskusi mengenai isu yang dibahas yang kemudian disebarkan kepada publik dan memberikan masukan kepada para pemangku kepentingan. Beberapa pembicara yang terlibat antara lain Laksamana Pertama Eka Satari dari Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla), Juru Bicara Coast Guard Filipina (PCG) untuk Laut Filipina Barat sekaligus Staf Khusus Komandan Laut Filipina Barat, CG Commodore Jay T. Tarriela, Ketua Forum Sinologi Indonesia, Johanes Herlijanto, dan Pemerhati Hubungan Internasional dari Universitas Paramadina, Mohammad Riza Widyarsa.
Dari hasil diskusi, disimpulkan bahwa Indonesia dapat belajar dari Filipina, dimana pemerintah mereka menerapkan strategi transparansi di bawah Presiden Bongbong Marcos, Jr., yang bertujuan untuk mengekspos tindakan agresif Cina di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Strategi ini melibatkan kerja sama dengan media, sehingga rakyat Filipina mendapatkan informasi yang akurat dan berakhir mendukung pemerintah dengan penuh. Indonesia dapat melakukan pendekatan yang sama karena cara tersebut relevan sebab isu kedaulatan maritim tidak dapat ditangani oleh satu institusi atau negara saja.
Indonesia juga perlu memperkuat dukungan regional dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia dan Vietnam dalam menghadapi agresi Cina. selain itu, penting untuk meningkatkan kerja sama antara negara-negara ASEAN dalam penegakan hukum maritim di Laut Cina Selatan. Para pembicara menyarankan peningkatan kapasitas patroli laut, baik melalui kapal, pesawat, maupun pencitraan satelit untuk respons yang lebih cepat terhadap ancaman maritim. [Magang_Farah Anasti Fauzan]
Sumber: kompas.com