Geliat pembelajaran tentang studi hubungan internasional di Indonesia barangkali hampir setua usia republik ini. Tepatnya ketika beberapa Universitas seperti Universitas Gajah Mada, Universtas Indonesia dan universitas yang lain mulai menjadikan hubungan internasional sebagai salah satu obyek kajian. Menginjak pada tahun 2000 jumlah universitas yang mengembangkan studi hubungan internasional tercatat sudah lebih dari 30 universitas baik universitas negeri maupun universitas swasta, yang mengajarkan tentang hubungan internasional sebagai sebuah program studi (jurusan). Jumlah ini tentunya tidaklah sedikit. Sayangnya komunikasi antar program studi/jurusan tersebut belum terjalin secara intensif.

Adalah Prof. Bob Sugeng Hadiwinata dari Universitas Paarahyangan Bandung yang mempunyai gagasan untuk menymbungkan tali hubungan antar perogran studi/jurusan hubungan internasional. Gagasan tersebut lalu diaktualisasikan dalam pertemuan para dosen hubungan internasional di Indonesia pada tahun 2002 di Bandung, yang kelak dikenal sebagai deklarasi Karangsetra. Hadir dalam pertemuan terbut tokoh-tokoh lain seperti Pak Arry Baius (Unpad) dan Bu Ellin Helina (UGM). Sebagai manifestasi dari deklarasi Karangsetra, disepakati pembentukan Forum Komunikasi Jurusan Hubungan Internasional Indonesia (FKJHII).

Forum ini melakukan serangkaian pertemuannya, termasuk pertemuan awal di Bandung tersebut. Selanjutnya FKJHII II dilaksanakan di Universutas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Universitas Riau, Universitas Wahid Hasyim Semarang, Universitas Hasanudin Makassar dan Universitas Moestopo Beragama Jakarta. Selain seminar seminar akademik, topik utama dalam serangkaian pertemuan tersebut adalah tentang standarisasi mata kuliah terutama mata kuliah yang dianggap paling pokok dalam pengajaran hubungan internasional seperti Pengantar Ilmu Hubungan Internasinal, Teori Hubungan Internasional, Politik Internasional, Ekonomi Politik Internasional, Organisasi Internasional, serta Hukum Internasional.

Pertemuan FKJHII di Universitas Moestopo Beragama tahun 2008, menyepakati dibentuknya sebuah wadah yang lebih formal dari berbagai penyelenggara pengajaran hubunganinternasional ini. Maka diputuskanlah sebuah tim yang dikenal dengan Tim 8 dan kemudian menjadi Tim 11 yang akan membahas persiapan pembentukan organisasi. Tim ini bersidang di Universitas Parahyangan Bandung yang diantaranya adalah menggodog draf Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi.

Pada 1-4 Desember 2009, pertemuan Forum Komunikasi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional terakhir dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada sidangnya, forum mendeklarasikan dibentuknya Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII), sekaligus memulai pertemuan pertamanya yang dikenal sebagai Konvensi Nasional I. Konvensi Nasional I AIHII ini dibagi dalam dua siding besar yakni siding akademik dan siding organisasi. Sidang akademik terdiri dari Seminar Nasional yang menghadirkan Prof. Bob Sugeng Hadiwinata (Unpar), Prof. Mohtas Mas’oed (UGM), Prof. Tulus Warsito (UMY), Rifqi Moena (LIPI) dan Muhammad Najib (DPR RI), serta panel forum yang berisi tentang presentasi paper peserta konvensi yang hasilnya dimuat dalam sebuah prosiding. Pada sisi lain juga diselenggarakan sidang organisasi yang menyepakati dan memutuskan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Selain itu juga diputuskan ketua AIHII yang pertama yakni Sugeng Riyanto (UMY). Konvensi juga memutuskan dibentuknya kordinator wilayah pada masing masing daerah (Korwil).

Semenjak deklarasi ini, agenda Konvensi Nasional (yang kemudian dikenal sebagai Vennas) digelar pada setiap tahunnya. Vennas II diselenggarakan di Universitas Padjadjaran Bandung, Vennas III diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang, Vennas IV diselenggarakan di Universitas Andalas Padang, Vennas V Universitas Budi Luhur Jakarta, Vennas VI  Universitas Mataram, Vennas VII di Universitas Hasanudin Makassar, Vennas VIII Mulawarman Samarinda, Vennas IX di selenggarakan Universitas Muslim Raja Ali haji Tanjung Pinang,  di  Vennas X di Universitas Udayana Bali, Vennas XI oleh Pengurus Pusat AIHII karena pandemi, dan Vennas XII diselenggarakan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Pada saat pembentukan asosiasi ini terdapat 30 universitas yang menghadiri pembentukan asosiasi dan konvensi nasional ini. Dalam perkembangannya, AIHII semakin mendapatkan respon positif dari masyarakat penstudi hubungan internasional dilihat dari semakin banyaknya universitas yang bergabung atau banyaknya peserta yang mengikuti konvensi nasional. Saat ini (2021) tercatat sebanyak 60 Program studi telah menjadi anggota AIHII, dari jumlah 73 menurut data yang dimiliki oleh Kementrian Riset dan Tehnologi. Animo masyarakat juga semakin baik ketika AIHII mulai mejadi mitra bagi pemerintah dalam berbagai hal, mulai munculnya berbagai komunitas epistemis dalam hubungan internasional, serta berbagai Kerjasama yang telah dilakukan oleh AIHII dengan lembaga yang lain.