Uni Wahyuni Sagena (Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman, Samarinda)
Ishaq Rahman (Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, Makassar)
Corresponding e-mail: [email protected], [email protected])
Abstrak
Semenjak Doktrin Fukuda pada 1977, Jepang menjadikan Asia Tenggara sebagai salah satu pilar politik luar negeri. Beriringan dengan prinsip pasifisme yang dianut paska perang dunia kedua, Jepang konsisten berada di jalur perdamaian selama lebih lima dekade. Ketika Shinzo Abe menjabat Perdana Menteri pada 2006, beberapa transformasi terjadi, dimana Abe menunjukkan kecenderungan perilaku politik luar negeri yang lebih agresif.
Penelitian ini menganalisa perubahan-perubahan dalam politik luar negeri Jepang setelah Shinzo Abe mendeklarasikan apa yang kemudian dikenal sebagai Doktrin Abe pada 2015, serta bagaimana Jepang menempatkan Asia Tenggara dalam spektrum politik luar negeri baru tersebut. Dengan metode penelitian studi pustaka dan analisis wacana, penulis mengumpulan data dari sumber sekunder secara variatif. Data yang diperoleh dianalisa dengan pendekatan kualitatif, dengan bantuan tools Nvivo untuk menemukan trend yang bertahan dan berubah.
Penelitian ini menemukan bahwa posisi Asia Tenggara sebagai mitra strategis dalam ekonomi dan politik luar negeri Jepang tidak mengalami perubahan berarti, namun terjadi pergeseran dalam orientasi bilateral. Penulis mengajukan argumentasi bahwa dinamika lingkungan strategis di Asia Timur merupakan faktor yang mendorong terjadi pergeseran orientasi bilateral politik luar negeri Jepang di Asia Tenggara.
Download Full Paper PDF